Skip to content
Go back

Apa itu kalibrasi?

Alat ukur

Pembahasan ini merupakan pengalamanku bekerja di perusahaan produksi ban salah satu merk motor terbesar di Indonesia selama 2 tahun sebagai Calibration Engineering.

Dalam pengertianku kalibrasi adalah menyamakan sebuah nilai pada alat ukur dengan nilai alat masternya. Apa itu madsudnya?

Jika sebuah timbangan memiliki range di antara 0–25 kg maka untuk memastikan nilainya itu 15 kg, kita memerlukan sebuah bandul bernilai 15 kg untuk memastikan apakah benar timbangan tersebut bernilai 15 kg jika ditimbang.

Dalam case ini bandul disebut alat master karena ia merupakan patokannya dalam penilaiannya. Nah, process tersebut merupakan jobdesk seorang kalibrasi, ia memiliki tanggung jawab sebagai memastikan akurasi dari alat ukurnya.

Tentunya ada step-step yang perlu diperhatikan dalam melakukan kalibrasi, tidak boleh langsung mengukurnya dengan master karena akan menimbulkan bias dalam penilaiannya.

Step yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa alat ukur dalam keadaan yang bersih tidak boleh kotor, untuk membersihkan alat ukur kalian dapat menggunakan WD-40, semprotan tersebut berguna menghilangkan kotoran, karat dan korosi.

WD 40

Dalam melakukan kalibrasi diperlukan ruangan dengan suhu dan humidity yang stabil untuk mendapatkan akurasi yang optimal pada alat ukurnya, tetapi hal ini tergantung dengan lokasi dan luas alat ukur tersebut, jika tidak memungkinkan maka ketentuan ini menjadi pengecualian.

Jika alat ukur telah bersih dan kondisi ruangan dengan suhu serta humidity yang stabil. Maka, proses kalibrasi alat ukur dapat dilakukan dengan alat master yang sesuai dengan alat ukur tersebut.

Sebagai contoh jika ingin mengkalibrasi timbangan maka perlu bandul untuk alat masternya, jika alat ukurnya Pressure Gauge maka alat masternya berupa Pressure Tester, pada perusahaan saya menggunakan alat yang bernama Dead Weight Tester untuk memberikan tekanan pada Pressure Gauge.

Dalam proses kalibrasi ketahui check point yang telah ditentukan, catat hasil alat ukur dengan alat master per check point, jika terjadi penyimpangan tolong catat penyimpangan tersebut.

Pada perusahaan saya, check point dibagi menjadi 5 titik dimulai dari 0%, 25%, 50%, 75%, 100% dari total range alat ukur tersebut.

Sebagai contoh jika Pressure Gauge memiliki range 0–25 kg, maka check pointnya adalah 0 kg/cm2, 5kg/cm2, 10kg/cm2, 15kg/cm2, 25 kg/cm2, dengan toleransi sebesar ±0.5 kg/cm2.

Madsudnya toleransi itu apa? toleransi merupakan nilai penyimpangan yang diperbolehkan, jika pressure gauge ketika dikalibrasi bernilai 5.5 kg/cm2 maka itu diperbolehkan namun jika lebih itu dianggap menyimpang seperti 5.7 kg/cm2.

Jika terjadi penyimpangan maka seorang kalibrasi perlu men-setting alat ukur tersebut, jika hasilnya tetap tidak sesuai dengan standarnya setelah di setting kalian bisa judge dengan ‘rusak’ pada alat ukurnya.

Perlu diperhatikan bahwa kemampuan seorang kalibrasi bukan hanya hard skill saja namun soft skill seperti komunikasi dan problem solving merupakan hal yang sangat penting disini.

Komunikasi dan problem solving berguna ketika menghadapi berbagai situasi seperti menjelaskan kenapa alat ukur tersebut rusak, menjelaskan tentang bagaimana pemakaian alat ukur, berhadapan dengan user divisi lain tentang pengadaan dan kebutuhan alat ukur, dll.

Memberikan penjelasan kepada user membantu seorang calibration Engineering melancarkan pekerjaannya dengan tenang, karena hal yang berkaitan dengan alat ukur terdapat banyak ketidakpastian.

Ketidakpastian hadir karena perawatan, penangan, dan penggunaan alat ukur itu berbeda-beda, pastikan user paham atas apa yang terjadi pada alat ukurnya.

Sebagai calibration Engineering kalian akan dituntut menjadi seorang yang serba bisa, namun hal tersebut membuat kalian kreatif dan memiliki kemampuan diatas rata-rata, banggalah menjadi seorang calibration Engineering!


Edit page
Share this post on:

Previous Post
How Programming Shapes your Mind!
Next Post
My Reflection on Data Cleaning